Dalamruang lingkup K3 berdasarkan ISO 45001, disebutkan bahwa hirarki pengendalian bahaya dalam K3 terbagi ke dalam 5 tingkatan, terdiri atas: Eliminasi. Substitusi. Melakukan rekayasa teknik, reorganisasi dari pekerjaan atau kombinasi keduanya. Metode pengendalian administrasi. Alat pelindung diri. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengenali potensi bahaya di tempat kerja bisa berakibat banyak kecelakaan kerja yang terjadi akibat dari kegagalan pada proses ini. Gagal dalam mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja berarti gagal pula dalam mengendalikan resiko yang terkait mungkin merencanakan pengendalian bahaya, jika potensi bahayanya saja tidak bisa kita kenali, benarkan?Nah, tidak terkendalinya potensi bahaya ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya resiko menjadi karena itulah, kemampuan untuk mengenali potensi bahaya di tempat kerja menjadi sangat penting. Karena ia menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan postingan kali ini kita tidak akan membahas bagaimana cara melakukan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja secara tetapi yang akan kita bahas adalah daftar potensi bahaya umum yang ada di tempat kerja. Dari daftar tersebut nantinya anda bisa melakukan penilaian, kira-kira potensi bahaya yang ada di tempat kerja anda yang mana apa saja potensi bahaya di tempat kerja? Yuk mari kita simak postingan berikut tempat kerja akan memiliki potensi bahaya yang berbeda dari tempat kerja lainnya. Ini bisa dipahami karena kondisi tempat kerja yang berbeda-beda. Namun, biasanya akan ada kesamaan pada beberapa potensi bahaya contoh pabrik kimia seperti pabrik H2O2, tentu akan memiliki potensi bahaya yang berbeda dengan perusahaan jasa potensi bahaya kebakaran ada pada kedua tempat kerja tadi, karena sumber api dan bahan kimia mudah terbakar ada di ada puluhan, ratusan bahkan ribuan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Akan tetapi dari sekian banyak potensi bahaya tersebut bisa kita kelompokkan ke dalam beberapa potensi bahaya – seperti dilansir Canadian Center for Occupational Health and Safety – tersebut meliputiBiologisKimiaFisikErgonomisPsikososialPotensi-potensi bahaya di tempat kerja untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada daftar berikut iniBiologisPotensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori ini meliputi bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri, virus, serangga – seperti nyamuk dan tawon, ular, burung, binatang buas, dan lain-lain. Satu contoh nyata yang ada di tempat kerja adalah gigitan ular dan sengatan lokasi tempat kerja anda dekat dengan kawasan hutan, maka potensi serangan hewan buas menjadi potensi bahaya yang nyata pulaKimiaBahan kimia B3 atau bahan berbahaya dan beracun merupakan potensi bahaya kimia yang paling umum ditemukan di tempat saja misalnya tinta yang digunakan pada mesin photo copy atau printer, bahan pembersih lantai dan bahan bakar kimia B3 lainnya yang biasanya di temukan pada industri seperti hidrogen peroksida, amonia, asam fosfat, asam fluorida, asam sulfat dan asam potensi bahaya yang termasuk ke dalam kategori kimia tergantung dari sifat atau karakteristik bahan kimia yang dimaksud; mudah meledak, mudah terbakar, beracun, oksidator, iritan dan bahaya yang terkait dengan bahan kimia adalahreaksi berantailedakankebakarankeracunaniritasikekurangan oksigenterpaparnya organ-organ tubuh seperti ginjal, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan bahaya yang termasuk ke dalam kategori ini dapat berupasuhu yang tinggi atau sangat rendahradiasitekanan yang tinggi, yang dapat berupa gas dalam tabung atau pressure vesseltekanan vakum yang sangat rendahalat berputar yang tidak dilengkapi dengan alat pengamanjatuh dari ketinggiantersengat aliran listrikbenda tajamtergelincirterbentur benda kerasdan lain-lainErgonomisTerdapat beberapa potensi bahaya yang tergolong ke dalam kelompok ergonomis diantaranyapergerakan yang berlebihan dan berulangterlalu banyak menggunakan pengangkatan manualtempat kerja yang dirancang dengan tidak tepat, termasuk tempat dudukposisi berdiri yang terlalu lamaposisi duduk yang terlalu lamapencahayaan yang terlalu minim atau berlebihgetaran atau vibrasi yang melebihi ambang batas amankebisingan yang melebihi batas amantemperatur ruang kerja yang terlalu dingin atau panasPsikososialAspek psikologi ternyata menjadi salah satu faktor penyebab munculnya potensi bahaya yang perlu dicermati dengan baik agar tidak muncul masalah keselamatan potensi bahaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lainjam kerja shift malamjam kerja yang terlalu panjangbeban kerja yang terlalu besar atau terlalu rendahselalu bekerja dengan deadline yang pendektidak ada support dari atasan atas masalah di tempat kerjaadanya konflik pribadihubungan yang buruk antara atasan dan bawahanketersediaan peralatan kerja yang minimupah atau gaji dengan standar yang rendahkomunikasi yang tidak berjalan baikSegera Lakukan Identifikasi Potensi Bahaya di Tempat KerjaBagi perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen K3 SMK3 atau sistem manajemen keselamatan ISO 45001, maka daftar potensi bahaya seperti yang dibahas di atas wajib tetapi bagi anda yang belum menerapkannya, bisa jadi anda belum memiliki daftar potensi bahaya yang terkait dengan tempat kerja itu masalahnya, maka segera lakukan identifikasi potensi bahaya. Pada saat pertama kali anda melakukannya mungkin tidak semua potensi bahaya anda dapat itu tidak masalah. Anda bisa melakukan identifikasi ulang untuk proses identifikasi potensi bahaya adalah proses yang berkesinambungan. Harus anda lakukan secara Pengendalian Potensi Bahaya SekarangSetelah potensi bahaya di tempat kerja dikenali dan kemudian identifikasi selesai dilakukan, maka langkah berikutnya adalah merencanakan pengendalian jadi pengendalian bahaya untuk satu potensi bahaya bisa lebih dari satu. Namun, selalu pilih teknik pengendalian bahaya yang paling efektif, yaitu teknik teknik ini kita menghilangkan potensi bahaya menjadi nol alias tidak ada sama mengetahui teknik-teknik pengendalian bahaya, anda bisa lihat di lupa untuk melakukan evaluasi. Perhatikan apakah teknik pengendalian yang dipilih memang ternyata tidak, maka ganti dengan teknik pengendalian yang lebih efektif sampai tingkat potensi bahayanya bisa diturunkan menjadi bahaya yang bisa ditolelir atau tolerable Ulang Daftar Potensi BahayaPotensi bahaya dapat berkembang karena beragam faktor pemicunya. Sebut saja misalnya adanya perubahan alat kerja atau bahan kimia yang otomatis maka daftar potensi bahaya yang sudah anda buat harus ditinjau ulang. Karena bisa jadi pengendalian bahayanya belum ulang juga penting untuk mengevaluasi keefektifan teknik pengendalian yang itu, setiap ada kejadian, baik itu kecelakaan kerja atau nearmiss maka review terhadap daftar potensi bahaya juga harus dilakukan. Karena, ini artinya pengendalian bahaya yang diterapkan sudah terbukti kurang atau bahkan tidak terkait Berdasarkanbahaya-bahaya tersebut diatas, di ketahui bahwa ruang terbatas berpotensi menimbulkan kecelakaan dan kerugian pada pekerja, alat kerja atau lingkungan. Akibat dari bahaya atau kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di dalam ruang terbatas, diantaranya: Luka karena terkena putaran mekanik, Benturan benda atau alat, Tersengat arus Bahaya dapat dimaknai sebagai sumber atau keadaan yang berpotensi terhadap terjadinya kerugian dalam bentuk cidera atau penyakit. Identifikasi bahaya dalam K3 keselamatan dan kesehatan kerja adalah proses mengendalikan keberadaan bahaya yang dimiliki suatu bidang pekerjaan dan menetapkan karakteristiknya. Proses identifikasi bahaya dalam K3 dimulai dengan mengidentifikai seluruh area yang ada dalam ruang kerja. Identifikasi bahaya K3 dilakukan pada suatu proses kerja dalam beberapa kondisi, seperti kondisi normal, abnormal dan darurat. Baca juga Klasifikasi Kecelakaan Kerja Identifikasi bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas dan lingkungan kerja yang meliputi beberapa hal, antara lain Aktivitas kerja rutin ataupun non rutin Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja, termasuk tamu yang datang ke perusahaan/kantor. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan di tempat kerja, baik yang disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat menganggu keselamatan dan kesehatan kerja karyawan yang berada di tempat kerja. Desain tempat kerja, instalasi mesin/peralatan prosedur operasional, dan struktur organisasi, termasuk penerapan terhadap kemampuan manusia. Perubahan sistem manajemen K3, termasuk perubahan yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas kerja ataupun bahan/material yang digunakan. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku Baca juga Kesehatan Kerja Pengertian, Tujuan dan Faktor Pendukung Tujuan identifikasi bahasa K3 Terdapat beberapa tujuan dari kegiatan ini, yaitu Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko dari setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara rutin ataupun tidak rutin. Menetapkan target dan program peningkatan kinerja K3 berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Referensi Sholihah, Qomariyatus. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi. Malang UB Press. Widodo, Djoko Setyo. 2021. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Yogyakarta Penebar Media Pustaka. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Makadari itu, pertimbangkan dengan baik semua potensi bahaya pada saat ingin memulai kegiatannya. 4. Menerapkan Kontrol Bahaya. Cara membuat Job Safety Analysis terakhir yaitu menerapkan tindakan pencegahan terhadap bahaya tersebut. Kalian bisa melakukan kegiatan tersebut dengan menggunakan 5 kontrol dalam hierarki kontrol untuk manajemen

Potensi-Potensi Bahaya di Tempat Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat pekerjaan, pencegahan kecelakaan dan penyerasian peralatan kerja baik mesin dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan yang tinggi. Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja beraktivitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung bagi pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran, kimia, radiasi, pencahayaan, dan kebisingan. Bahaya getaran Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti frekuensi, amplitude, lama pajanan. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberikan efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkeram dan sakit tulang belakang. Bahaya Kimia Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi. Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang salah, kerusakan, atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahaya kimia yang terhambur ke lingkungan kerja dapat mengganggu baik itu lokal maupun sistemik. Gangguan lokal adalah kelainan yang ditimbulkan di tempat bahan kimia yang kontak dengan tubuh yaitu kulit dan selaput lendir yang menimbulkan gejala iritasi mulkus dan kanker. Apabila terserap dan masuk ke dalam peredaran darah akan timbul gejala sistemik. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah melalui kulit, pernafasan, dan pencernaan. Bahaya Radiasi Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk pana, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita seperti televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan, komputer, dan lain-lain. Selain benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau di dalam lapisan memberikan pengaruh atau efek terhadap manusia. Efek radiasi bagi manusia dibedakan menjadi dua yaitu efek genetik dan efek somatik. Efek genetik adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Gejala yang dirasakan oleh efek somatik ini bervariasi, ada yang segera tapi ada juga yang tertunda. Gejala yang bisa langsung terlihat dalam waktu singkat seperti epilasi, eritema, luka bakar, dan penurunan jumlah sel darah. Gejala dari efek yang tertunda akan dirasakan dalam waktu yang lama antara bulanan dan tahunan seperti katarak dan inframerah dapat menyebabkan katarak, contoh tungku pembakaran. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit contohnya komunikasi, pembedahan. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker contohnya yaitu pengelasan. Bahaya Pencahayaan Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup dan memungkinkan kesan bersih/higene. Disamping itu pencahayaan yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindari kesalahan kerja. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup berkaitan dengan objek dan umur pekerja dapat dilakukan hal berikut. Perbaikan kontras di mana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya warna cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan di luar tempat kerja. Di samping itu, di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan lampu-lampu tersendiri. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur di atas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari. Kebisingan Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan. Kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan. Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas alam. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja yaitu Gangguan fisiologis Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala karena bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dan akan menimbulkan efek vertigo/pusing. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan, dan keseimbangan elektrolit. Gangguan psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan, dan lain-lain. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect’ bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terhambatnya pekerjaan sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing atau mual. Efek pada pendengaran Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum. Sumber Artikel Redjeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Source of web image cover from // Indonesia Safety Center mengadakan Public Training Ahli K3 Listrik pada tanggal 02-20 September 2019 berlokasi di AMG Tower Lt. 17 Jl. Dukuh Menanggal No. 1 A, Gayungan – Surabaya Informasi lebih lanjut Laksmi – Surabaya 08111798354 [email protected] Request Presentation Layanan Kalibrasi Download Jadwal Training 2022 Proxsis TV

Artinya perlindungan kerja tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab perusahaan, namun juga para pekerja hingga masyarakat yang tinggal di area sekitar tempat kerja. Untuk itu, agar potensi kecelakaan kerja menjadi lebih kecil terjadi, terdapat beberapa pedoman K3 yang dapat menjadi bahan rujukan oleh perusahaan atau pelaku industri.
Kesadaran atas keselamatan kerja sering kali dianggap sepele oleh beberapa pegawai kantor. Bagaimana cara anda mengenali bahaya di tempat kerja menjadi salah satu yang harus anda ketahui sebelum melakukan pekerjaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat dari kelalaian atau musibah ditempat pemimpin perusahaan memiliki kewajiban dalam mengelola kondisi dan bahaya apa saja yang bisa timbul ditempat kerja dimana ini sudah diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja bagi seluruh pegawat dan slogan yang wajib dijaga oleh semua pihak adalah mengenai Safety First, bagaimana kita diharuskan mengutamakan keselamatan kerja secara bersama sama dibandingkan dengan fokus Production bagaimana cara anda mengenali bahaya di tempat kerja ? Berikut ulasannya dari kami tipskerja Collecting Information Collecting Information Pengelompokkan Prioritas Bahaya Lingkungan Kerja Yang Berbahaya Inspeksi Penemuan Bahaya Keselamatan Kerja Investigasi Buatlah suatu data mengenai bahaya apa saja yang ada di tempat kerja. Mulai dari bahan dan material sampai ke mesin dan alat apa saja yang ada di lingkungan seluruh data informasi mengenai potensi bahaya yang dimungkinkan pekerja bisa terpapar atau mempengaruhi keselamatan kerja informasi ini bisa dilakukan dengan cara Inspeksi ditempat kerja atau dilingkungan kerja secara langsungCatatan sebelumnya mengenai kecelakaan apa saja yang selama ini pernah terjadiPenilaian kebersihan lokasi kerjaProgram K3 apakah sudah terlaksana atau belumSaran dan masukan dari berbagai pihak yang terkait langsung di lapanganHasil analisis mengenai job safetyMengelompokkan material mana yang bersifat dapat membahayakan untuk dibedakan bagaimana cara penanganan dan penyimpanannya Pengelompokkan Prioritas BahayaJika pengumpulan informasi telah diterapkan, maka langkah selanjutnya adalah pengelompokkan prioritas atau alat mesin yang dinilai mendapatkan prioritas lebih bahaya akan berbeda penanganannya sesuai dengan prioritas urutannya. Bagaimana cara anda mengenali bahaya di tempat kerja jika tidak mengetahui mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Lingkungan Kerja Yang BerbahayaKondisi dan lingkungan kerja juga menjadi salah satu faktor sumber bahaya yang harus diperhatikan dengan seksama. Penempatan program K3 di lingkungan kerja menjadi salah satu kunci untuk mencegah kecelakaan kerja khusunya dilingkungan hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana kebersihan dan kerapian kerja agar tidak mengganggu aktivitas kerja di tempat tersebut. Management penataan posisi juga mempengaruhi dalam meminimalisir tingkat bahaya kerja. Inspeksi Penemuan Bahaya Keselamatan KerjaKita tidak akan bisa mengira kapan dan bagaimana bahaya kerja akan menimpa seseorang. Ada baiknya untuk secara berkala melakukan inspeksi dengan tujuan menemukan potensi bahaya apa saja yang ada di lingkungan dan libatkan berbagai pihak yang bersinggungan langsung dengan tempat dan posisi kerja. Hasil dokumentasi bisa berupa foto dan video disetiap area yang dianggap memiliki bahaya juga mengenai alat dan mesin produksi secara rutin dan berkala lalu catat informasi apa yang didapatkan pada saat inspeksi berlangsung. Investigasi Jika ada insiden kecelakaan kerja seperti kesalahan manusia, musibah yang disengaja akibat kelalaian pekerja atau lainnya. Anda bisa membuat investigasi dan membuat laporan mengenai apa saja yang menyebabkan hal itu terjadi, sehingga dikemudian hari bisa laporan penyelidikan secara detail untuk menemukan bagaimana cara anda mengenali bahaya di tempat kerja selama K3 yang sering kali menjadi dasar atas kecelakaan kerja dan bahaya kerja sehingga terjadinya insiden tersebut. Tanyakan mengenai sebab dan akibatnya juga bagaimana insiden itu bisa sudah di investigasi secara menyeluruh, maka akan terlihat akar permasalaah yang harusnya bisa ditangani atau dicegah agar tidak timbul lagi masalah kecelakaan kerja Juga >>>11 Tips dan Cara Mengatasi Stres Kerja << Hazard Terkadang tidak sedikit orang yang masih bingung dengan istilah hazard dan danger ini karena dalam bahasa Indonesia arti keduanya yaitu bahaya. Menurut berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu ‘hasard’ yang artinya kematian dan dari bahasa Arab yaitu ‘az-zahr’ yang artinya kesempatan, keberuntungan.
identifikasi faktor-faktor bahaya di tempat kerja – Setiap tempat kerja tetap memiliki kandungan beberapa potensi bahaya yang bisa memengaruhi kesehatan tenaga kerja atau bisa mengakibatkan munculnya penyakit karena kerja. Potensi bahaya ialah semua hal yang punya potensi mengakibatkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan juga bisa menyebabkan kematian yang terkait dengan proses serta skema kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja pada Masalah 1 mengatakan jika tempat kerja adalah setiap ruang atau lapangan, tertutup atau terbuka, berjalan atau masih, di mana tenaga kerja, atau yang seringkali dimasuki tenaga kerja untuk kepentingan suatu usaha serta di mana ada sumber-sumber bahaya. Termasuk juga tempat kerja adalah semua ruang, lapangan, halaman serta sekelilingnya yang disebut beberapa bagian atau yang terkait dengan tempat kerja itu. Potensi bahaya memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan serta kerugian pada 1 manusia yang berbentuk langsung ataupun tidak langsung pada pekerjaan, 2 property termasuk juga peratan kerja serta mesin-mesin, 3 lingkungan, baik lingkungan di perusahaan ataupun di luar perusahaan, 4 kualitas produk barang serta layanan, 5 nama baik perusahaan. Bukti tentang ergonomi serta K3 internasional atau dengan global ILO memprediksi jika setiap tahun seputar 24 juta orang wafat sebab kecelakaan serta penyakit di lingkungan kerja termasuk juga didalamnya kecelakaan fatal serta diprediksikan 1,95 juta dikarenakan oleh penyakit fatal yang muncul di ligkungan kerja. Hal itu bermakna jika di akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan alami kecelakaan kerja serta seputar pekerja wafat karena kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja. Dalam pemikiran ekonomi, 4% atau sejumlah USD 1,25 Trilyun dari Global Gross Domestic Prodct GDP dialokasikan untuk cost dari kehilangan waktu kerja karena kecelakaan serta penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk beberapa pekerja, terhentinya produksi, serta biaya-biaya penyembuhan pekerja. Potensi bahaya kecelakaan kerja diprediksikan mengakibatkan angka kematian, terpenting di beberapa negara berkembang. Bahkan juga angka itu mungkin bisa semakin besar kembali bila skema laporan serta pemberitahuan nya lebih baik. Data dari beberapa beberapa negara Industri tunjukkan jika beberapa pekerja konstruksi mempunyai potensi wafat karena kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali semakin besar. Penyakit paru paru yang terjangkit pada beberapa pekerja di perusahaan minyak & gas, pertambangan, serta perusahaan perusahaan semacam, menjadi karena paparan asbestos, batu bara serta silica, masih tetap jadi perhatian di negara negara maju serta berkembang. Bahkan juga kematian karena kecelakaan kerja dari paparan asbestos saja telah sampai angka serta tetap makin bertambah setiap tahunnya. Data ILO mengatakan ada 1 juta orang di Asia yang wafat sebab penyakit karena kerja. “Apakah yang berlangsung di Asia saat ini ialah yang kami ucap pembunuhan massal sunyi,” kata seseorang narasumber. B. IDENTIFIKASI BAHAYA Langkah awal manajemen resiko kesehatan dalam tempat kerja ialah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada step ini dikerjakan identifikasi aspek resiko kesehatan yang bisa termasuk fisik, kimia, biologi, ergonomik, serta psikologi yang terpajan pada pekerja. Agar bisa temukan aspek resiko ini dibutuhkan penilaian pada proses serta simpul pekerjaan produksi, bahan baku yang dipakai, bahan atau barang yang dibuat termasuk juga hasil samping proses produksi, dan sampah yang tercipta proses produksi. Pada masalah terkait dengan bahan kimia, jadi dibutuhkan pemilikan material safety data sheets MSDS untuk setiap bahan kimia yang dipakai, pengelompokan bahan kimia menurut type bahan aktif yang terdapat, mengidentifikasi bahan pelarut yang dipakai, serta bahan inert yang mengikuti, termasuk juga dampak toksiknya. Saat diketemukan dua atau lebih aspek resiko dengan simultan, kemungkinan besar berinteraksi serta jadi lebih beresiko atau ikut jadi kurang beresiko. Menjadi contoh, lingkungan kerja yang bising serta dengan bertepatan ada pajanan toluen, jadi ketulian karena bising semakin lebih gampang berlangsung. Penilaian Pajanan Proses penilaian pajanan adalah bentuk pelajari kualitatif serta kuantitatif pada skema pajanan grup pekerja yang kerja dalam tempat serta pekerjaan spesifik dengan type pajanan resiko kesehatan yang sama. Grup itu juga dikenal dengan similar exposure grup grup pekerja dengan pajanan yang sama. Penilaian pajanan mesti penuhi tingkat ketepatan yang adekuat dengan bukan sekedar mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tapi ikut aspek lainnya. Pengukuran serta pemantauan konsentrasi serta intensitas dengan kuantitatif saja kurang, sebab pengaruhnya pada kesehatan di pengaruhi oleh aspek lainnya itu. Aspek itu butuh diperhitungkan untuk memandang mungkin aspek resiko bahaya/hazards yang bisa jadi riil dalam keadaan spesifik. Resiko ialah probabilitas suatu bahaya jadi riil, yang dipastikan oleh frekwensi serta waktu pajanan, kegiatan kerja, dan usaha yang sudah dikerjakan untuk mencegah serta pengendalian tingkat pajanan. Termasuk juga yang butuh dilihat ikut ialah tingkah laku kerja, higiene perseorangan, dan rutinitas saat kerja yang bisa tingkatkan resiko masalah kesehatan. Karakterisasi Resiko Arah langkah karakterisasi resiko ialah mengevaluasi besaran magnitude resiko kesehatan pada pekerja. Dalam perihal ini ialah kombinasi keparahan masalah kesehatan yang mungkin muncul termasuk juga daya toksisitas jika ada dampak toksik, dengan peluang masalah kesehatan atau dampak toksik bisa berlangsung menjadi konsekuensi pajanan bahaya mungkin. Karakterisasi resiko diawali dengan mengintegrasikan info mengenai bahaya yang teridentifikasi dampak masalah/toksisitas spesifik dengan prediksi atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya serta status kesehatan pekerja. Penilaian Resiko Perincian langkah umum yang umumnya dikerjakan dalam penilaian resiko mencakup 1. Memastikan personel penilai Penilai resiko bisa datang dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lainnya di luar perusahaan yang mumpuni baik dalam pengetahuan, kewenangan ataupun potensi yang lain yang terkait. Bergantung dari keperluan, pada tempat kerja yang luas, personel penilai bisa adalah suatu tim yang terbagi dalam sebagian orang. 2. Memastikan object/sisi yang akan dipandang Object atau sisi yang akan dipandang bisa dibedakan menurut sisi / departemen, type pekerjaan, proses produksi dan lain-lain. Penetapan object ini begitu menolong dalam sistematika kerja penilai. 3. Kunjungan / Pengawasan tempat kerja Pekerjaan ini bisa diawali lewat suatu “walk through survey / Inspection” yang berbentuk umum sampai pada pengawasan yang lebih detil. Dalam pekerjaan ini prinsip pentingnya ialah lihat, dengar serta mencatat semua kondisi dalam tempat kerja baik tentang sisi pekerjaan, proses, bahan, jumlahnya pekerja, situasi keadaan, langkah kerja, tehnologi pengendalian, alat pelindung diri serta hal-hal lain yang berkaitan. 4. Identifikasi potensi bahaya Beberapa langkah bisa dikerjakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam tempat kerja, contohnya lewat pengawasan / survey tempat kerja teratur, info tentang data keelakaan kerja serta penyakit, absensi, laporan dari panitia pengawas Kesehatan serta Keselamatan Kerja P2K3, supervisor atau aduan pekerja, lembar data keselamatan bahan material safety data sheet dan lain-lain. Setelah itu dibutuhkan analisa serta penilaian pada potensi bahaya itu untuk meramalkan langkah atau aksi setelah itu terpenting pada peluang potensi bahaya itu jadi suatu resiko. 5. Mencari info / data potensi bahaya Usaha ini bisa dikerjakan contohnya lewat kepustakaan, pelajari MSDS, panduan tehnis, standard, pengalaman atau info lainnya yang berkaitan. 6. Analisa Resiko Dalam pekerjaan ini, semua type kemungkinan, karena yang dapat berlangsung, tingkat keparahan, frekwensi kejadian, langkah pencegahannya, atau gagasan aksi untuk menangani resiko itu dibicarakan dengan detil serta dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan juga dapat berlangsung, akan tetapi lewat usaha sitematik, perbaikan selalu akan didapat. 7. Pelajari resiko Meramalkan tingkat resiko lewat pelajari yang tepat adalah langkah yang begitu memastikan dalam serangkaian penilaian resiko. Kwalifikasi serta kuantifikasi resiko, di kembangkan dalam proses itu. Konsultasi serta saran dari beberapa pakar sering diperlukan pada step analisa serta pelajari resiko. 8. Memastikan langkah pengendalian Jika hasil dari pelajari memberikan terdapatnya resiko membahayakan buat keberlangsungan kerja ataupun kesehatan serta keselamatan pekerja butuh dipastikan langkah pengendalian yang diambil dari beberapa langkah seperti Jika hasil dari pelajari memberikan terdapatnya resiko membahayakan buat keberlangsungan kerja ataupun kesehatan serta keselamatan pekerja butuh dipastikan langkah pengendalian yang diambil
. 81 6 102 407 227 34 466 447

jelaskan potensi dan bahaya di tempat kerja